expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Translate

Kamis, 25 September 2014

Cerpen: Sandiwara Cinta

Sandiwara Cinta
Karya: Een Marlina


 Aku terdiam sepi di dalam kamar ku. Perlahan air mata ku mulai menetes. Pikiran ku mulai melayang-layang ke masa lalu, tepatnya setahun lalu saat pertama kali aku bertemu dengan dia. Hari itu hari yang cerah, matahari mulai menyinari kamar ku dari balik jendela.
 Aku masih bermalas-malasan di ranjang ku yang empuk. “Tia, bangun sudah pagi” begitu suara mama memanggil ku sambil menggedur-gedur pintu kamar ku. “bentar mah baru juga jam 7, masih ngantuk nih” sekilas aku melirik jam pada handpone ku.
“Tia bukannya kamu mau pergi  ke rumah Tika ? ayo cepat bangun dan mandi” mamah kembali memanggil dan mengetuk pintu kamar ku. Aku pun segera bangun dari tempat tidur ku.
Aku hampir lupa kalau hari ini aku akan pergi ke rumah Tika. Aku bergegas mandi dan segera pergi ke rumah Tika. “mah aku pergi dulu ya, assalamualaikum” aku berpamitan pada mama.
“iya walaikumsalam, hati-hati di jalan” begitu mama menjawab salam ku.
            Sesampainya di rumah Tika ternyata teman-teman ku yang lain sudah sampai duluan di rumah Tika. Sekitar pukul 3 sore aku bergegas pulang. “gue pulang duluan ya takut nanti dimarahin sama mama” begitu aku pamit pada Tika dan teman-teman yang lain. “yah elu tumben jam segini udah mau pulang, gak asik nih. Yaudah hati-hati di jalan yah” Tika menjawab dengan nada agak kesal karena aku pulang duluan. “oke, dah semuanya gue pulang duluan ya”. “iya dah Tia hati-hati yah.”
Saat perjalan pulang tiba-tiba aku  bertemu dengan teman SMP ku yang bernama Boby dia bersama temannya yang entah siapa aku tidak mengenalinya. “hay Tia, abis dari mana ?” dia menyapa ku. “eh Boby, abis maen dari rumah temen".
Tiba-tiba teman Boby menyapa ku “temennya Boby ya, boleh minta nomer telponnya ?” tiba-tiba dia meminta nomer telpon ku. “iya temennya Boby, buat apa ?” jawab ku padanya.
“ ya pengen kenal aja biar lebih deket” jawabnya. Tanpa ragu aku pun memberikan nomer telpon ku padanya. “maksi ya, nanti aku sms” begitu katanya.
Sesampainya di rumah aku langsung mandi. Sekitar pukul 7 malam handpone ku berbunyi kring-kring tanda sms masuk, saat aku lihat ternyata nomer baru, aku pun langsung membalas sms itu “maaf ini siapa ?.”
“ini Tia kan ? ini aku Ardy temennya Boby yang tadi ketemu dijalan minta nomer kamu.” Begitu dia membalas sms ku.
“oh Ardy, iya ini Tia.” Dan semenjak itu kami mulai dekat.
Haripun mulai pagi aku bergesas mandi dan berangkat sekolah. Sesampainya di sekolah handpone ku bergetar dua kali tanda sms masuk, handpone ku sengaja di silent agar tidak ketahuan oleh guru. Aku pun membuka sms itu ternyata dari Ardy “pagi Tia, nanti pulang sekolah aku jemput kamu yah” begitu isi sms dari Ardy, dia menawarkan diri untuk menjeput ku pulang sekolah padahal rumah kami berlawanan arah. “ oke nanti pulang sekolah aku tunggu kamu jam 1” karena sekolah baru bubar jam 1 siang.
Jam pulang sekolah pun tiba, ternyata Ardy sudah menunggu ku di depan sekolah. Aku pun bergegas menemuinya dan kami pun segera pergi. Selama diperjalanan banyak hal yang kami bicarakan.
Tidak terasa ternyata sudah sampai dirumah ku. “makasih ya udah mau nganter pulang, hati-hati dijalan.” ucap ku “iya sama-sama, nanti lain kali aku jemput lagi ya”.
            Saat hari ketiga perkenalan ku dengannya dia pun kembali menjemput ku pulang sekolah. Sesampainya dirumah tiba-tiba dia mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah ku fikirkan sebelumnya. Dia mengungkapkan persaannya kepada ku. “Tia jujur ya sebenernya aku suka sama kamu, aku merasa nyaman dekat kamu dan aku gak mau jauh dari kamu, kamu mau gak jadi pacar aku ?” aku kaget mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya karena tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau dia akan berbicara seperti itu pada ku karena baru tiga hari kita saling kenal.
“Kamu gak salah ngomong kaya gitu ?” Tanya ku padanya “gak ko, gak ada yang salah sama omongan aku dan aku serius ngomong kaya gini ke kamu.”  “tapikan kita kenal baru tiga hari, aku gak mau, aku takut kalau kamu cuma mau maen-maen doang sama aku.”  “memang kenapa kalau kita baru kenal tiga hari, memangnya tidak boleh kalau aku suka sama kamu dan mau jadi pacar kamu ?”  “bukannya gak boleh tapi aku takut kalau ternyata kamu Cuma mau maenin aku doang.”  “aku serius sama kamu, aku janji gak bakal kecewain kamu dan nyakitin kamu !” aku mulai memikirkan perkataannya dan setelah aku fikirkan matang-matang……
“yaudah aku mau ko jadi pacar kamu, tapi kamu harus janji kalau kamu gak bakal kecewain aku dan nyakitin aku” akupun menerima cintanya dengan penuh harapan kalau dia bisa membuat ku nyaman dan bahagia bersamanya. “serius kamu mau jadi pacar aku ?”  “iya aku serius.”  Akhirnya kamipun resmi pacaran.
            Tidak terasa hubungan kami sudah berjalan 1 bulan. Aku fikir hubungan kami akan baik-baik saja, tapi ternyata tidak. Aku mendapat kabar yang sangat mencengangkan dari teman ku yang bernama Dias, saat itu aku sedang main dirumahnya.
“Tia lo pacaran sama Ardy udah berapa lama” Tanya Dias. “udah 1 bulan, gue ngerasa nyaman deket sama dia, dia orangnya baik, penuh perhatian dan gue sayang banget sama dia.” Jawab ku
“oh bagus kalo gitu. Gue mau kasih tau sesuatu sama lo, tapi lo jangan marah ya.”  “iya tenang aja gue gak bakal marah ko, emang apaan sih ?’ aku menjawab dengan rasa penuh penasaran. “sebenernya Ardy udah punya cewe, namanya Vina dia orang Cileungsi dan mereka pacaran udah lama banget hampir 2 tahun. Maaf ya gue ngomong kaya gini bukannya mau ngerusak hubungan lo sama dia ataupun mau bikin lo sakit hati tapi karna gue kasian sama lo dan gue gak mau kalau lo disakitin sama dia.”
Aku kaget dan merasa tidak percaya dengan perkataan Dias. Perlahan air mata ku  menetes dan akhirnya aku pun menangis. “lo gak lagi bohongin gue kan ?”  “gak Tia, gue gak lagi bohongin lo, gue serius. Gue tau semua ini dari pacar gue Sandi, dia tetangganya Vina dan Sandi sering liat Ardy maen kerumah Vina.”
Aku sangat kecewa pada Ardy dan aku tidak percaya bahwa Ardy setega itu pada ku. Setiap malam air mata ku tak hentinya menetes, aku merasa sangat kesal pada Ardy, ingin rasanya aku memutuskan dia tapi rasanya sangat berat, karena aku sudah terlanjur mencintai Ardy.
Sikap ku pada Ardy berubah aku agak sedikit cuek padanya, aku tidak menanyakan hal ini pada Ardy karena aku takut kehilangan dia aku takut kalau ternyata Ardy lebih memilih Vina dari pada aku, ya jelas pasti Ardy lebih memilih Vina karena hubungan mereka sudah lama sekali.
Ardy pun menanyakan mengapa akhir-akhir ini sikap ku berubah. “kamu kenapa yang, kenapa sekarang kamu cuek sama aku apa kamu udah bosen sama aku ?” Tanya Ardy dengan rasa penasaran “aku gak kenapa-napa ko cuma lagi ada sedikit masalah”  “masalah apa ? cerita dong sama aku, siapa tau aku bisa bantu”  “bukan masalah apa-apa ko yang, udah gak usah di bahas lagian juga gak penting” aku pun mengelak pada Ardy.
            Aku lebih memilih diam dan berpura-pura tidak tahu bahwa Ardy sudah memiliki kekasih. Aku melakukan semua ini bukan tanpa alasan, tapi karena aku mencintai Ardy. Jika Ardy bisa memberi ku kenyamanan dan perhatian lebih seperti dia memberikan perhatian pada Vina tidak masalah bagi ku walaupun aku harus jadi yang ke 2 aku rela. Tapi entah sampai kapan semua sandiwara ini akan berlangsung lambat laun semua kebohongan Ardy pasti akan terbongkar dengan sendirinya tanpa ada campur tangan orang lain.
Hubungan ku dengan Ardy sudah menginjak yang ke 2 bulan, aku masih berpura-pura tidak mengetahui tentang hubungannya dengan Vina. Tapi akhir-akhir ini hubungan ku dengannya mulai renggang,kami sudah jarang bertemu, Ardy pun mulai susah untuk di hubungi dan bahkan banyak teman-teman ku yang mengatakan bahwa mereka sering melihat Ardy jalan dengan wanita lain, mungkin itu Vina.
Saat yang ku tunggu-tunggupun datang. Aku melihat Ardy sedang bersama Vina di bengkel motor tempat Ardy nongkrong dengan temannya. Aku pun sengaja berhenti untuk menemui Ardy dan Vina. Ekspresi wajah Ardy pun berubah menjadi wajah panik dan ketakutan saat aku menemuinya, begitupun dengan Boby dan teman-teman Ardy yang lain semuanya terlihat panik. Ardy pun pergi dengan alasan akan mengambil motor di rumah om nya. Aku menemui Vina yang sedang duduk sendirian.
“hay gue Tia, lagi nungguin siapa disini ?” sapa ku pada Vina “lagi nungguin Ardy” jawab Vina  “lah gue cewenya Ardy, lo siapanya Ardy ?”  jawab ku dengan berpura-pura tidak tahu bahwa itu adalah Vina. “yang bener ? gue Vina pacarnya Ardy” jawab Vina dengan penuh amarah. “udah berapa lama pacaran sama Ardy ?” Tanya Vina pada ku “udah dua bulan”.
Ardy pun datang dan…. PLAKKK Vina menampar Ardy dengan penuh rasa kesal. “maksudnya apa ? jelasin sama gue siapa cewe itu. Dua bulan itu gak lama Ardy, lo bohongin gue selama dua bulan ini !” Vina bertanya pada Ardy dengan penuh amarah.
Aku pun menemui mereka, dan…. PLAKKK, aku menampar Ardy dengan sekuat tenaga ku. Tiba-tiba Ardy memutuskan ku begitu saja “Tia mulai sekarang kita putus !”
Aku terima keputasan Ardy, mungkin memang Ardy lebih mencintai Vina dari pada aku. Sedikitpun aku tidak merasa sakit hati saat memergoki mereka berdua, karena jauh sebelum ini terjadi aku sudah mengetahui tentang hubungan mereka.

Dan semenjak kejadian itu aku tidak pernah bertemu dan berhubungan lagi dengan Ardy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar